Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan rekayasa berbagai jenis jamur maupun ekstraknya untuk menciptakan beberapa produk turunan seperti minuman, nuget, dan bahan penyedap rasa.
"Rekayasa produk turunan jamur ini untuk memberi nilai tambah bagi petani produsen jamur," kata Direktur Pusat Teknologi Bioindustri BPPT Witono Basuki, Selasa (20/12/2011), dalam kegiatan Bincang-bincang Iptek di gedung BPPT Jakarta.
Menurut Witono, BPPT mengembangkan riset dan rekayasa berbagai jenis jamur pangan sejak tahun 2001. Di antaranya meliputi jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram (Pleurotus sp), jamur kuping (Auricularia auricula), jamur kancing (Agarricus sp), dan jamur shitake (Lentinus adodes).
Dari setiap jamur pangan itu ditemukan beta-glukan sebagai senyawa imunomodulator yang meningkatkan kekebalan tubuh, selain manfaat-manfaat lainnya yang juga menguntungkan bagi kesehatan. Senyawa beta-glukan dimanfaatkan untuk bahan minuman. "Kami merekayasanya menjadi minuman beta-lemon," kata Netty Widyastuti, ahli biologi peneliti jamur BPPT.
Netty mengatakan, produk minuman beta-lemon sedang dalam proses pengajuan hak paten. Kandungannya dari jeruk nipis yang mengandung vitamin C sebagai antioksidan, dipadukan dengan beta-glukan dari jamur tiram sebagai imunostimulan dan penurun kolesterol. "Saat ini produk minuman beta-lemon masih belum dipasarkan," kata Netty.
Produk turunan berikutnya, dibuat nuget jamur tiram yang prinsipnya menggantikan daging ayam dengan jamur tiram. Kandungan mineral mikroelemen pada jamur tiram bersifat logam sangat rendah, sehingga aman dikonsumsi setiap hari. Mineral utamanya kalium, fosfor, natrium, kalsium, dan magnesium. Manfaatnya antara lain untuk antiviral, antikanker, dan penurun kadar kolestrerol.
Penyedap rasa dari ekstrak jamur juga diharapkan BPPT dapat memberikan nilai tambah produsen jamur. Kandungan asam glutamat pada berbagai jenis jamur itu memberi cita rasa lezat pada masakan. Bahkan, sejak 20 abad silam, jamur sudah digunakan sebagai penyedap masakan pada masa Kerajaan Romawi.
"BPPT tidak diperbolehkan untuk memproduksi hasil-hasil rekayasa jamur ini. Masyarakat dapat mengembangkan produksinya," kata Witono.
Sumber: kompas.com
Menurut Witono, BPPT mengembangkan riset dan rekayasa berbagai jenis jamur pangan sejak tahun 2001. Di antaranya meliputi jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram (Pleurotus sp), jamur kuping (Auricularia auricula), jamur kancing (Agarricus sp), dan jamur shitake (Lentinus adodes).
Dari setiap jamur pangan itu ditemukan beta-glukan sebagai senyawa imunomodulator yang meningkatkan kekebalan tubuh, selain manfaat-manfaat lainnya yang juga menguntungkan bagi kesehatan. Senyawa beta-glukan dimanfaatkan untuk bahan minuman. "Kami merekayasanya menjadi minuman beta-lemon," kata Netty Widyastuti, ahli biologi peneliti jamur BPPT.
Netty mengatakan, produk minuman beta-lemon sedang dalam proses pengajuan hak paten. Kandungannya dari jeruk nipis yang mengandung vitamin C sebagai antioksidan, dipadukan dengan beta-glukan dari jamur tiram sebagai imunostimulan dan penurun kolesterol. "Saat ini produk minuman beta-lemon masih belum dipasarkan," kata Netty.
Produk turunan berikutnya, dibuat nuget jamur tiram yang prinsipnya menggantikan daging ayam dengan jamur tiram. Kandungan mineral mikroelemen pada jamur tiram bersifat logam sangat rendah, sehingga aman dikonsumsi setiap hari. Mineral utamanya kalium, fosfor, natrium, kalsium, dan magnesium. Manfaatnya antara lain untuk antiviral, antikanker, dan penurun kadar kolestrerol.
Penyedap rasa dari ekstrak jamur juga diharapkan BPPT dapat memberikan nilai tambah produsen jamur. Kandungan asam glutamat pada berbagai jenis jamur itu memberi cita rasa lezat pada masakan. Bahkan, sejak 20 abad silam, jamur sudah digunakan sebagai penyedap masakan pada masa Kerajaan Romawi.
"BPPT tidak diperbolehkan untuk memproduksi hasil-hasil rekayasa jamur ini. Masyarakat dapat mengembangkan produksinya," kata Witono.
Sumber: kompas.com