BENGKULU--MICOM: Para petani di Desa Srikoncoro Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu mulai membudidayakan jamur tiram guna meningkatkan pendapatan mereka.
Sunarto, 36, warga Desa Srikoncoro, di Bengkulu, Senin (28/11), mengatakan, budi daya jamur tiram masih dalam tahap uji coba. "Jika hasil panennya menguntungan akan dikembangkan secara besar-besaran di daerah itu. Jadi, budi daya tanam jamur tiram di desa kami masih dalam tahap uji coba. Kita berharap budi daya jamur tiram di Desa Srikuncoro cocok dan hasil panen bagus," ujarnya.
Ia mengatakan, budi daya jamur tiram di Desa Srikuncoro dilakukan oleh beberapa kelompok tani yang ada di daerah itu. "Tanaman jamur tiram yang mereka kembangkan mulai tumbuh dan sebagian jamurnya sudah muncul," ujarnya.
Sesuai ketentuan jamur tersebut dapat dipanen paling lama tiga bulan setelah disemai. Sedangkan jamur yang dikembangkan petani Srikuncoro sudah berusia dua bulan, sehingga dalam waktu dekat mereka akan panen.
Hal senada diungkapkan Sunardi, 27, petani lainnya. Ia mengatakan, jika budidaya jamur tiram yang mulai dikembangkan beberapa kelompok tani di Desa Srikuncoro hasilnya bagus dan dapat meningkatkan pendapatan petani, maka usaha ini terus dikembangkan di daerah itu.
Namun, jika sebaliknya, maka budidaya jamur ini tidak dilanjutkan, karena warga di Desa Srikuncoro sudah memiliki usaha tetap, yakni budi daya ikan lele dan usaha ayam petelur.
Produksi ikan lele di desa ini setiap minggu mencapai belasan ton. Demikian pula teluar ayam juga banyak dihasilkan dari desa tersebut. "Jadi, budi daya jamur tiram dilakukan untuk menambah penghasilan saja bagi warga setempat," ujarnya.
Harga jamur tiram di Bengkulu sekitar Rp50.000/kg, sehingga jika usaha ini benar-benar sukses, maka pendapatan petani dipastikan akan meningkat. (Ant/sa/X-12)
Sumber: www.mediaindonesia.com
Ia mengatakan, budi daya jamur tiram di Desa Srikuncoro dilakukan oleh beberapa kelompok tani yang ada di daerah itu. "Tanaman jamur tiram yang mereka kembangkan mulai tumbuh dan sebagian jamurnya sudah muncul," ujarnya.
Sesuai ketentuan jamur tersebut dapat dipanen paling lama tiga bulan setelah disemai. Sedangkan jamur yang dikembangkan petani Srikuncoro sudah berusia dua bulan, sehingga dalam waktu dekat mereka akan panen.
Hal senada diungkapkan Sunardi, 27, petani lainnya. Ia mengatakan, jika budidaya jamur tiram yang mulai dikembangkan beberapa kelompok tani di Desa Srikuncoro hasilnya bagus dan dapat meningkatkan pendapatan petani, maka usaha ini terus dikembangkan di daerah itu.
Namun, jika sebaliknya, maka budidaya jamur ini tidak dilanjutkan, karena warga di Desa Srikuncoro sudah memiliki usaha tetap, yakni budi daya ikan lele dan usaha ayam petelur.
Produksi ikan lele di desa ini setiap minggu mencapai belasan ton. Demikian pula teluar ayam juga banyak dihasilkan dari desa tersebut. "Jadi, budi daya jamur tiram dilakukan untuk menambah penghasilan saja bagi warga setempat," ujarnya.
Harga jamur tiram di Bengkulu sekitar Rp50.000/kg, sehingga jika usaha ini benar-benar sukses, maka pendapatan petani dipastikan akan meningkat. (Ant/sa/X-12)
Sumber: www.mediaindonesia.com